Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap.
Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50 – 300°C.
Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas (Mardoni 2005).
Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas.
Kromatografi gas merupakan metode yang sangat tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit. Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat.
Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom (Gritter, 1991).
Metode kromatografi gas menggunakan fase gerak berupa gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap.
Pemisahan dengan partisi sampel antara fase gerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya.
Volume pembawa yang dibutuhkan untuk menggerakkan pita zat terlarut pada keseluruhan panjang suatu kolom adalah volume retensi (Vr), yaitu fundamental yang diukur dalam kromatografi gas.
Pada suatu kolom yang dipilih dioperasikan dalam kondisi temperatur dan laju aliran gas pembawa (Rc), maka waktu yang diperlukan masing-masing komponen atau senyawa yang diperiksa untuk tinggal didalam kolom merupakan waktu retensinya (tR).
Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50 – 300°C.
Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas (Mardoni 2005).
Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas.
Kromatografi gas merupakan metode yang sangat tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit. Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat.
Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom (Gritter, 1991).
Metode kromatografi gas menggunakan fase gerak berupa gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap.
Pemisahan dengan partisi sampel antara fase gerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya.
Volume pembawa yang dibutuhkan untuk menggerakkan pita zat terlarut pada keseluruhan panjang suatu kolom adalah volume retensi (Vr), yaitu fundamental yang diukur dalam kromatografi gas.
Pada suatu kolom yang dipilih dioperasikan dalam kondisi temperatur dan laju aliran gas pembawa (Rc), maka waktu yang diperlukan masing-masing komponen atau senyawa yang diperiksa untuk tinggal didalam kolom merupakan waktu retensinya (tR).
Berdasarkan waktu retensi yang sama dengan standar yang telah kita injeksikan kedalam kromatografi gas maka akan diketahui suatu jenis senyawa yang dianalisis.
Setiap senyawa yang dianalisis memiliki waktu retensi tertentu sehingga jika sampel yang dianalisis memiliki waktu retensi yang sama dengan standar maka senyawa yang dianalisis serupa.
Pada spektrometri massa, molekul-molekul organik ditembak dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positif yang bertenaga tinggi (ion-ion molekuler atau ion-ion induk), yang dapat dipecah menjadi ion-ion yang lebih kecil maka ion-ion pecahan atau ion-ion anak dan elektron yang dilepaskan dari molekul sampel yang dianalisis menghasilkan radikal kation (Sastrohamidojo, 1991).
Comments
Post a Comment