Skip to main content

Menghasilkan Hasil Terbaik dengan Budidaya Nilam yang Baik dan Benar



Nilam merupakan tanaman berupa semak-semak yang hidup di daerah tropis dan dapat menghasilkan minyak atsiri yang dinamakan dengan minyak nilam. Minyak nilam dapat disuling dari daunnya. Aroma minyak nilam sangat kuat sehingga biasa dijadikan sebagai bahan parfum. Dalam dunia internasional minyak nilam sering diperdagangkan dengan nama minyak patchouli (patchouli oil).

                                  

Tumbuhan nilam berupa semak yang bisa mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembap. Mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang kuat. Bijinya kecil. Perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetatif.
         
Klasifikasi Tanaman Nilam:
Kingdom        : Plantae
Divisi         : Spermatophyta
Kelas          : Angiospermae
Ordo          : Lamiales
Famili        : Labiateae
Genus        : Pogostemon
Spesies    : Pogostemon cablin Benth.

Pengenalan Jenis dan Varietas Unggul Nilam:
Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam,  dibedakan dari ciri morfologi (keragaan luar), kandungan dan kualitas minyak serta ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik.
Jenis-jenis nilam:
 1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth /Syn. P. patchouli  Pellet)










     Nilam aceh memiliki ciri yaitu tidak berbunga, paling luas sebarannya, banyak dibudidayakan, kadar & kualitas minyak lebih tinggi dari jenis lain
 -   Asal Filipina/Malaysia
 -   Kadar minyak tinggi (> 2%)
 -   Permukaan daun halus
 -   Ujung daun runcing
 -   Tepi daun bergerigi tumpul
2. Nilam Jawa/nilam kembang (P. heyneanus Benth)
   Tidak bernilai komersial, tahan cekaman biotik dan abiotik
    Nilam Jawa (P. heyneanus Benth.)
-   Asal India
-   Kadar minyak rendah (< 2%)
-   Permukaan daun kasar
-   Ujung daun meruncing
-  Tepi daun bergerigi runcing
-  Toleran terhadap penyakit
-   Tahan terhadap cekaman abiotik
3. Nilam sabun (P. hortensis Becker)
    Tidak berbunga, digunakan untuk rumah tangga                  

                                 

Keragaman Tanaman Nilam Indonesia:
•Rata-rata produksi : Terna basah 30 ton/ha/th, terna kering ± 6 ton/ha/th,
•Rendemen minyak 2 - 2,5 % (120 - 150 kg minyak/ha/th)
•Umumnya petani menanam jenis nilam yang kurang jelas asalnya  atau disebut jenis lokal.
•Harga minyak nilam berfluktuasi antara:   Rp.250.000 – 1.200.000 ,-/kg.
•Fluktuasi produksi dan harga minyak nilam disebabkan oleh Permintaan dunia, nilai rupiah dan  ketidak stabilan pasokan:  perubahan iklim (kekeringan, hujan)  serangan penyakit
Luas areal (Ha), produksi (Ton) , produksi (kg/ha) dan Jumlah petani (KK):
Tahun    Luas areal
(Ha)    Produksi
(Ton)    Produksi
Kg/ha    Jumlah petani (KK)
2007    22.150    2.546    115    35.561
2008    22.132    2.062    93    -
2009    24.535    2.779    113    65.313
2010    24.672    3.357    136    65.518
2011    24.718    3.872    157    65.651
2012    29.381    3.300    144    -
2013    29.783    3.347    145    -
Sumber: Ditjenbun 2014
Kunci Keberhasilan Budiddaya Tanaman Nilam:
•Terapkan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR  (SOP) Budidaya
• Pengembangan di daerah yang sesuai
• Menggunakan varietas unggul
•Tindakan budidaya yang optimal (penyiapan lahan, perbenihan, pola tanam, pengendalian OPT terpadu,  sanitasi)
•Proses panen dan pasca panen yang tepat.
Varietas unggul nilam:
Faktor penting penentu keunggulan:
a) produksi, kadar dan mutu minyak,
b) ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam:  genetik (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan pasca panen.
Lima varietas Nilam  sudah dilepas:
Tahun 2005 (Hasil eksplorasi dan seleksi):
1. Sidikalang
2.  Lhokseumawe
3. Tapak Tuan
Tahun 2013 (Hasil perakitan  pemuliaan):
4. Patchoulina 1 (Tahan layu bakteri)
5. Patchoulina 2 (Tahan layu bakteri)
Karakteristik varietas unggul nilam:
1. Varietas Tapak Tuan: Produksi terna kering (ton/ha) 13,28, Kadar minyak:2,83, Produksi minyak (kg/ha):375,76, Kadar Patchouli alkohol (%):33,31, Ketahanan terhadap layu bakteri: ( -)
2. Varietas Lhokseumawe: Produksi terna kering (ton/ha): 11,09,Kadar minyak (%): 3,21, Produksi minyak (kg/ha:355,89, Kadar Patchouli alkohol (%):32,63,  Ketahanan terhadap layu          bakteri : (-)
3. Varietas Sidikalang: Produksi terna kering (ton/ha): 10,90, Kadar minyak (%): 2,89, Produksi minyak (kg/ha):315,06, Kadar Patchouli alkohol (%):32,95,Ketahanan terhadap layu               bakteri: (-)
4. Varietas Patchoulina 1:Produksi terna kering (ton/ha):12,67, Kadar minyak (%):2,85, Produksi minyak (kg/ha):356,37, Kadar Patchouli alkohol (%):32,53, Ketahanan terhadap layu             bakteri: ( ++)
5. Varietas Patchoulina 2:Produksi terna kering (ton/ha):12,56, Kadar minyak (%):2,78, Produksi minyak (kg/ha):343,22, Kadar Patchouli alkohol (%):32,31, Ketahanan terhadap layu             bakteri: ( ++)
Keterangan : -  = tidak tahan ; + = agak toleran ; ++ = toleran/tahan, Mutu memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Varietas Unggul Nilam:
1. Varietas Tapak Tuan :
• Produktivitas terna (daun basah): 41,59-64,67 ton/ha,
•Produksi minyak: 234,89-583,26 kg/ha èrelatif tinggi
•Daya adaptasi yang luas,  pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu.
2. Varietas Lhokseumawe :
•Produktivitas terna 42,59 – 64,67ton/ha,
•Produksi minyak 273,49-415,65 kg/haè cukup tinggi dan
•kemampuan adaptasi luas, pangkal batang agak ungu
3. Varietas Sidikalang :
•Produktivitas terna: 31,38-80,37ton/ha,
•Produksi minyak : 176,47-464,442 kg/haè relatif tinggi,
•daya adaptasi yang luas, dan relatif tahan terhadap nematoda dan penyakit layu.
•Pangkal batang ungu tua
Perbanyakan bahan tanaman dan penyemaian:
•Setek nilam sebaiknya disemai terlebih dahulu karena apabila langsung ditanam di lapangan, banyak yang mati.
•Perbanyakan tanaman nilam secara vegetatif dengan menggunakan setek.
•Setek yang paling baik adalah setek pucuk mempunyai 4-5 buku selain itu setek juga dapat diambil dari cabang dan batang.
•Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang, sisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk.
Waktu mempersiapkan setek sebaiknya setek direndam dalam air dan dapat dicampur dengan fungisida 0,2% (5 – 10 menit) sebelum disemai dipolibag.
•Setek nilam sebaiknya disemai terlebih dahulu karena apabila langsung ditanam di lapangan, banyak yang mati.
•Perbanyakan tanaman nilam secara vegetatif dengan menggunakan setek.
•Setek yang paling baik adalah setek pucuk mempunyai 4-5 buku selain itu setek juga dapat diambil dari cabang dan batang.
•Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang, sisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk.
Waktu mempersiapkan setek sebaiknya setek direndam dalam air dan dapat dicampur dengan fungisida 0,2% (5 – 10 menit) sebelum disemai dipolibag.
Pemeliharaan di persemaian:
•Untuk menjaga kelembaban, setek yang baru disemai perlu disiram dengan embrat.
•Penyiraman dilakukan setelah penyemaian, kemudian disungkup dengan sungkup plastik.
•Penyiraman selanjutnya setelah 2-3 hari. Selama di dalam sungkup, penyiraman tidak perlu dilakukan setiap hari.
•Sungkup dibuka setelah tanaman berumur 2 minggu.
•Pemberian pupuk daun dan penanggulangan hama/penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu.
•Benih siap tanam setelah 1,5 bulan dipersemaian
Kesesuaian Lahan dan Iklim untuk Nilam:
•Lahan dan iklim sangat mempengaruhi produksi dan kualitas minyak nilam, terutama ketinggian tempat dan ketersediaan air.
•Jenis tanah: Latosol, Andosol, Regosol, tumbuh bagus pada tanah yang gembur dengan humus tinggi
•Nilam sangat peka terhadap kekeringan (heavy drinker), kemarau panjang setelah panen dapat menyebabkan tanaman mati.
•Kedalaman air tanah > 100 cm, air tanah > 75 cm, pH 5-7
•Curah hujan 1750-3500 mm/tahun, hari hujan >100, bulan basah >7 bln, kelembaban udara 70-90%.
•Lahan bebas dari penyakit à layu bakteri dan budok
Keuntungan pengembangan di daerah yg sesuai:
 • Mencegah resiko gagal
 • Penerapan teknologi lebih efisien
Kriteria kesesuaian lahan dan iklim tanaman nilam

Parameter    Tingkat kesesuaian
     Sangat sesuai    Sesuai    Kurang sesuai    Tidak sesuai
Ketinggian (m, dpl.)
Tanah
1.    Jenis tanah
2.    Drainase
3.    Tekstur
4.    Kedalaman air
5.    pH
6.    C-organik (%)
7.    P205 (ppm)
8.    K20 (me/100 g)
9. KTK (me/100 g)    100 – 400
Andosol, latosol
Baik
Lempung
> 100
5.5 – 7
2 – 3
16 – 25
> 1.0
> 17    0 – 700
Regosol, podsolik,  Baik
Liat berpasir
75 – 100
5 – 5.5.
3 – 5
10 – 15
0.6 – 1.0
5 – 16    > 700
Lainnya
Agak baik
Lainnya
50 – 75
4.5 – 5
< 1
> 25
0.2 – 0.4
< 5    > 700
Lainnya
Terhambat
Pasir
< 50
< 4.5
-
-
-
-
Iklim
1.    Curah hujan (mm)
2.    H H/ tahun
3.    Bln basah/ tahun
4.    Kelembaban udara %
5.    Temperatur 0C
6. Intensitas cahaya    2.300-3.000
190-200
10-11
80-90
22-23
75-100    1.750 - 2.300
(3000 – 3.500)
170-180
9-10
70-80
24-25
-    (1.200 – 1.750)
    (> 3500)
< 100
< 9
< 60
> 25    < 1.200
( > 3.500 )
-
< 8
< 50
-
-




                                    

Persiapan lahan dan lubang tanam:
•Tanah dicangkul, dibersihkan dari gulma (alang-alang dsb), kemudian digaru dan diratakan.
•Buat saluran drainase dan jumlahnya disesuaikan kontur lahan.
•Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, dengan jarak tanam antara barisan 90 cm - 100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 cm-50 cm. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan.
•Pada lahan datar, jarak tanam dalam barisan lebih besar (100 cm x 50 cm) sedangkan pada lahan yang agak miring (± 150) jarak tanam dalam barisan lebih sempit (40 cm) dan arah baris menurut kontur tanah.
• Pada lokasi dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus) jarak tanam sebaiknya 100 cm x 100 cm, karena pada umur 5-6 bulan, kanopi sudah bertemu.
•Tanaman nilam tidak menghendaki adanya air yang tergenang, untuk itu perlu dibuat saluran drainase..Saluran drainase dibuat sekeliling
•Setelah tanaman berumur ± 1 ½ bulan di persemaian, tanaman dapat dipindahkan ke lapang.
•Cara menanam yaitu dengan menyobek polibag secara hati-hati dan menanam tanaman di lubang yang telah disediakan, kemudian tanah dipadatkan dengan cara menekan tanah disekitar tanaman.
•Setek yang langsung ditanam di lapang adalah setek yang telah berkayu dengan tinggi ± 30 cm, dibenamkan 2 buku ke dalam tanah.
• Penanaman langsung ke lapang berisiko tanaman banyak yang mati. Tanaman yang mati disulam dengan tanaman baru.
•Disamping pupuk dasar yang diberikan pada waktu tanam berupa pupuk organik (pupuk kandang, kompos dll) dengan dosis 10 - 20 ton/ha, atau 0,5 - 1 kg/lubang tanam, untuk memacu pertumbuhan tanaman perlu diberi pupuk anorganik.
•Dosis dan komposisi pupuk yang diberikan tergantung dari jenis tanah dan tingkat kesuburannya.
•Sebagai pedoman umum, untuk tanaman nilam selama 2 tahun dibutuhkan 40 ton pupuk organik per hektar dan pupuk anorganik: 500 kg Urea + 250 kg SP-36 + 450 kg KCl, diberikan 5 kali untuk 4 kali panen.
Ditemukan Adanya Senyawa Alelopati Yang Bersifat Autotoksik Pada Nilam:
•Produktivitas tanaman  nilam  menurun sangat nyata pada budidaya secara menetap
•Di dalam daun dan akar nilam mengandung as. koumarik,  as sinapik, as. adipik dan as hidroksi benzoat yg bersifat autotoksik bagi tanaman nilam
Aplikasi pembenah tanah berupa arang sekam dan tempurung mampu menyerap kandungan senyawa alelopati di dalam tanah dan dapat menekan pengaruh negatif senyawa alelopati yang bersifat autotoksik pada sistim budidaya secara menetap.
Sistem pergiliran tanaman dapat dilakukan untuk menekan pengaruh senyawa alelopati di dalam tanah serta menekan serangan OPT tanaman nilam
Pemberian mulsa / penutup tanah:
•Tanaman nilam tidak tahan kekeringan, terutama setelah dilakukan pemangkasan (panen).
•Kemarau panjang dapat menyebabkan kematian tanaman.
•Di daerah dengan musim kemarau panjang disarankan memakai mulsa organik sebanyak 1 kg per tanaman berupa limbah penyulingan nilam.
•Untuk menjaga kelembaban tanah dan mengurangi penguapan, tanaman diberi mulsa berupa semak belukar atau alang-alang. Mulsa semak belukar lebih baik dibandingkan alang-alang     karena lebih cepat melapuk.
•Penyiangan gulma dilakukan sebelum kanopi tanaman saling bertemu, yaitu sampai tanaman berumur 3-4 bulan.
•Penyiangan dilakukan dengan hati-hati jangan sampai akar tanaman terputus atau cabang-cabang yang dekat permukaan tanah terganggu.
Pembumbunan:
•Agar tanah tetap gembur dan merangsang pertumbuhan akar pada cabang-cabang dekat permukaan tanah, perlu dilakukan pembumbunan.
•Umumnya pembumbunan dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam (setelah pemupukan kedua) dan setelah pemangkasan/panen I dan II.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT):
1. Penyakit Layu Bakteri
•Penyebab  Ralstonia solanacearum  menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam (60-95% pada pertanaman nilam di Sumatera).
•Gejala serangan : Layu pada tanaman muda atau tua, dalam waktu singkat menyebabkan kematian tanaman.
•Varietas Patchoulina 1 dan 2 lebih tahan terhadap penyakit layu bakteri dibandingkan varietas lainnya
•Ketahanan nilam terhadap penyakit layu bakteri kemungkinan disebabkan adanya kandungan kimia yang dihasilkan oleh tanaman tersebut seperti fenol dan lignin.
•Penyakit layu bakteri dapat menulari tanaman nilam dari tanaman inang seperti Solanaceae (ras 1), terong, cabe, tomat, pisang dan abaca (ras 2), kentang (ras 3) dan jahe (ras 4)  yang sudah ada pada lahan sebelum ditanami nilam, atau dari benih yang telah mengandung penyakit.
•Untuk mencegah penularan à  sebaiknya sebelum tanam terlebih dahulu diperhatikan jenis tanaman yang telah ada dilahan yang akan ditanami.
•Hindari pengambilan setek dari tanaman yang telah tertular penyakit.
2. Penyakit yang disebabkan oleh nematoda
•Nematoda menyerang akar tanaman nilam, kerusakan akar menyebabkan  berkurangnya suplai air ke daun
  stomata menutup dan  laju fotosintesa  menurun
•Jenis nematoda:  Pratylenchus brachyurus,Meloidogyne incognita, Radhopolus similis
•Mekanisme ketahanan nilam terhadap  nematoda:  kandungan fenol dan lignin
•Varietas Sidikalang,  fenol = 81.45 ppm >  nilam Jawa (76.45 ppm)
•Nilam Jawa termasuk nilam yang tahan terhadap nematoda.
Penanggulangan :
-  Varietas yang toleran (Sidikalang)
 -  Agen hayati (Pasteuria penetrans, Arthrobotrys sp., jamur penjerat nematoda)
   - Pestisida nabati (serbuk biji nimba, bungkil jarak), nematisida
  - Cara budidaya (pupuk organik dll)
  -  Menanam benih yang bebas dari nematoda.
Tanaman inang nematoda:
  - Pisang, kopi, keladi, dll (untuk R. similis);
   -Kentang dll (untuk P. brachyurus),
    - Tomat, terung, kentang dll (untuk M. incognita).
Perhatikan tanaman inang yang telah ada di lokasi sebelum menanam nilam à u/ penentuan jenis tanaman tumpang sari dengan nilam
3. Penyakit budok
•Penyebab:  jamur   Synchytrium sp.
• Gejala penyakità batang membengkak dan menebal, daun berkerut dan tebal, dengan permukaan bawah berwarna merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara.
Pengendalian penyakit budok:
•Pergiliran tanaman, sanitasi kebun dan yang terpenting adalah menggunakan benih sehat.
•Tanaman yang sudah terserang budok tidak boleh diambil seteknya untuk perbanyakan.
•Belum ditemukan bahan kimia yang efektif untuk mengendalikan penyakit budok
•Belum ada varietas nilam yang tahan terhadap penyakit budok.
•Tanaman yang telah terserang dicabut dan dibakar, tanah bekas tanaman disiram dengan fungisida.
Bubur bordo:
Larutan I   :  Kapur 100 g + 5 L air
Larutan II  :  100 g terusi (copper sulfate) + 5 L air
Campurkan Larutan I ke Larutan II, aduk
Serangan hama dapat menyebabkan produksi menurun terutama karena pada umumnya bagian tanaman yang banyak diserang adalah daun.
Hama yang menyerang tanaman nilam antara lain :
•Belalang dan ulat daun.
Belalang dan ulat daun dapat menyebabkan tanaman gundul sehingga menurunkan produksi (terna).
•Kutu daun  dan tungau
Serangan kutu daun dan tungau dapat menyebabkan daun menggulung dan berkeriput (keriting), sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pola tanam:
•Umumnya nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain:
• Palawija (jagung, kacang tanah, kacang hijau, kedelai).
• Tanaman sela, tidak menimbulkan persaingan, dalam hal penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari dan tidak merupakan tanaman inang bagi patogen penyebab penyakit dan          tanaman inang bagi hama.
 • jenis2 tanaman  sela yg dilarang karena sebagaiinang patogen penyebab penyakit nematoda (tomat,lada,terung,kentang,kacang tanah, kopi, keladi, pisang, dan lain-lain), bakteri layu        (solanaceae, pisang, abaca, kentang, dan jahe)
 • Waktu dan jarak tanaman antara sesama tanaman pokok dan antara tanaman pokok dengan tanaman sela harus diperhitungkan dengan cermat.
• Nilam dapat juga sebagai tanaman sela di antara pertanaman kelapa, kelapa sawit karet yang masih berumur muda karena tanaman nilam masih berproduksi dengan baik pada                 intensitas cahaya minimum 75%.
• Pola tanam ini akan memberikan keuntungan:: menekan biaya operasional (pemeliharaan, mengurangi resiko terjadi penurunan harga,  kegagalan panen akibat serangan 
   hama/penyakit,  curah hujan yang sangat tinggi atau kekeringan,   meningkatkan produktivitas tanah oleh hasil tanaman sela.
• Polatanam nilam: pergiliran tanaman/rotasi à setelah nilam 1-2 siklus, digilir dg tanaman seperti legum, palawija yang tidak banyak menguras unsur hara (1-2 tahun) & bukan inang            penyakit.
• Pergiliran tanaman untuk nilam sangat diperlukan, guna mempertahankan kesuburan tanah, menghindari efek alelopati dan memutus siklus hama/penyakit.
Contoh pola tanam nilam dengan tanaman lain:
- Nilam dan sawit
- Nilam dan jagung
- nilam dengan jabon
- Nilam dan kakao
- Nilam dengan bawang daun
- Nilam dengan kacang merah
- Nilam dengan gliricidia
-Nilam dan cabe dilarang


                                

Panen:
•Tanaman nilam dapat dipanen pada umur 5-6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 3-4 bulan, sampai tanaman sudah tidak produktif lagi.
•Panen dilakukan pada pagi atau sore hari agar kandungan minyaknya tidak turun/menguap.
•Cara panen è pangkas tanaman pada ketinggian 30 cm dari permukaan tanah dengan meninggalkan 2-3 cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru.
•Gunakan pisau pangkas, sabit yang tajam.
•Setelah pemangkasan tanaman perlu diberi pupuk sesuai anjuran dan dibumbun agar tanah disekeliling batang menjadi gembur.
Pasca panen:
•Hasil pangkasan dikering-anginkan selama 3-5 hari sampai kadar air mencapai 15%. Tebal lapisan penjemuran < 30 cm dan dibalik 2-3 kali sehari.
•Daun yang telah kering-angin langsung disuling, penyimpanan yang lama (> 3 bln) akan menurunkan produksi minyak.
• Hindari pengeringan yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
• Pengeringan yang terlalu cepat membuat daun menjadi rapuh dan sulit disuling dan yang terlalu lambat (musim hujan), daun mudah terserang jamur, menurunkan rendemen dan mutu minyak.
•Proses pengering anginan hasil panen dapat dilakukan di rak
Penyulingan:
• DIKUKUS / STEM DESTILATION  (< 200 kg)
    kepadatan bahan 100 g/L selama ± 7 jam
    kecepatan penyulingan 175 ml/menit
•. UAP LANGSUNG/BOILER (200 kg)
    lama penyulingan  5 jam,
   dgn tekanan ketel 0,5 kg/cm2, dinaikkan bertahap sampai tekanan
   mencapai 1,5 kg/cm2

Kemasan Minyak Nilam:
Botol/ Jerigen berwarna Gelap, jerigen dari Polyetilen, Volume minyak di dalam wadah disisakan ruang  5-10%
Metode Pengujian Patchouli Alkohol Minyak Nilam di Lapangan dan di Lab:
Metoda: Masukkan 10 tetes minyak nilam ke dlm botol kecil Tambahkan 10 s/d 30 tetes etanol ke dalam botol
Hasil :
Bila minyak menjadi jernih (A)à kadar PA >30% (mutu tinggi)
Bila minyak tidak jernih (B)à kadar PA < 30% (mutu kurang baik)        
Pembuatan Kompos        
Bahan:
Molinti (Dekomposer), ada beberapa campuran bahan utam (direndam 15 hari):
•. 1 kg sisa2 makanan + 5 l air kelapa/cucian beras
•.  Mol nasi: serasah daun bambu+ sisa nasi dijamurkan dahulu
     3 kg nasi berjamur + 5 l air kelapa/cucian beras + 2% gula
•.  3 kg sisa2 sayuran/rebung + 5 l air kelapa/cucian beras + 2% gula
     Bahan dirajang/dicincang, sayuran col yg baik hasilnya yg sudah tua
    10 kg col + 5% garam (0,5 ons)+ 5 l air beras
•.  3 kg ikan/keong mas + 5 l air kelapa/cucian beras + 5% gula
•.  3 kg nanas + 5 l air kelapa/cucian beras + 2% gula
Komposisi Bahan Pengomposan:
SAMPAH    100 KG    200 KG
PUKAN    12.5 KG/ 0,5 KARUNG    20-25 KG/ 1 KARUNG
KAPTAN    0,5 KG    1 KG
DEKOMPOSER    25-50 ML    50-100 ML
DEKOMPOSER YG SUDAH DILARUTKAN    25 L    50 L

     
Oleh: Ir. Octivia  Trisilawati, dkk
BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Jl. TENTARA PELAJAR No. 3 BOGOR 16111
balittro@litbang.pertanian.go.id                                    







 







Comments

Popular posts from this blog

Proses Sentrifugasi (Pemutaran) pada Produksi Gula dari Tebu dan Raw Sugar

Proses Sentrifugasi Stasiun pemutaran (Sentrifugasi) adalah stasiun lanjutan dari stasiun kristalisasi. Setelah masakan dingin proses selanjutnya adalah pemisahan, proses pemisahan ini dilakukan dengan gaya sentrifugal. Sentrifugal merupakan mesin pemutar yang digunakan untuk memisahkan kristal gula dari larutannya. Proses pemutaran bertujuan untuk memisahkan antara kristal gula dengan larutan yang melapisinya. Dalam pemisahan ini dapat menghasilkan diantaranya gula, larutan (klare atau stroop) dan tetes. Proses sentrifugasi (pemutaran) LGF A adalah proses pemisahan kristal gula A dan molasses A,  alat yang digunakan adalah sentrifugal LGF yang mempunyai kecepatan putar sekitar 2000 rpm,  sehingga dapat memisahkan gula A dan  A-molasses dengan gaya sentrifugal tersebut. LGF B digunakan untuk memisahkan hasil kristalisasi pada Pan B yang menghasilkan B-magma yang digunakan untuk bibit pada Pan A dan B-molases.  Proses pemutaran (sentrifugasi) pada akhir produksi, memisahk

Minyak goreng apa yang mempunyai titik beku terendah?

Minyak goreng yang mempunyai titik beku rendah bisa ditentukan dengan 2 hal yaitu Minyak goreng yang mempunyai Iodine Value (IV) tinggi dan Cloud Point (CP) rendah sehingga membeku pada suhu yang cukup rendah.  Untuk mendapatkan minyak dengan Iodine value tinggi dan Cloud point rendah diperlukan tahapan proses fraksinasi berkali-kali atau biasa disebut tahapan penyaringan yang dalam beberapa minyak goreng dengan kualitas bagus dilakukan dua kali penyaringan. Dua kali penyaringan ini dalam prosesnya yaitu: Tahapan penyaringan pertama dari minyak kelapa sawit yang dimurnikan menjadi minyak  crude palm oil (CPO), kemudian dilanjutkan tahapan penyaringan kedua yaitu proses refinery, pada proses refinery tahapan prosesnya yaitu:  1. Degumming yang berfungsi menghilangkan gum dari minyak CPO,  2. Bleaching, kandungan karoten yang tinggi dalam minyak sawit menyebabkan warna minyak sawit mentah (CPO) berwarna kemerahan, sehingga perlu dikurangi kadar karotennya sehingga minyak

Perbedaan Pati dan Selulosa

Pada dasarnya, pati dan selulosa adalah dua jenis karbohidrat yang umum ditemukan dalam dunia biologi. Walaupun keduanya terdiri dari rantai glukosa, ada beberapa perbedaan yang signifikan antara pati dan selulosa. Mari kita bahas perbedaan antara keduanya. PATI                                           Pati, suatu polisakarida simpanan pada tumbuhan, adalah suatu polimer yang secara keseluruhan terdiri atas monomer-monomer glukosa. Sebagian besar monomer-monomer ini dihubungkan dengan ikatan 1-4 (C no.1 dengan C no. 4) seperti unit glukosa dalam maltosa. Sudut ikatan in i membuat polimer tersebut berbentuk heliks. Bentuk pati yang paling sederhana adalah amilosa, yang rantainya tidak bercabang. Amilopektin, suatu bentuk pati yang lebih kompleks, adalah polimer bercabang dengan ikatan 1-6 pada titik percabangan tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di dalam struktur seluler yang disebut plastid, termasuk kloroplas. Dengan cara mensintesis pati, tumbuhan dapat me