Skip to main content

Cara Produksi Detergen Bubuk yang Efektif dan Profesional

Langkah-langkah Produksi Deterjen Bubuk yang Efektif




Deterjen bubuk merupakan produk yang digunakan oleh banyak orang dalam membersihkan pakaian. Berikut adalah cara pembuatan deterjen bubuk yang efektif:

1. Persiapkan Bahan Baku yang Berkualitas
Pastikan bahan baku yang digunakan dalam produksi deterjen bubuk berkualitas tinggi. Hal ini akan memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki performa yang baik dalam membersihkan noda pada pakaian.

2. Pilih Formula yang Efektif
Riset dan pilihlah formula yang efektif untuk deterjen bubuk Anda. Dalam memilih formula, pertimbangkan kemampuan deterjen untuk menghilangkan noda, meningkatkan kecerahan pakaian, dan memperpanjang umur pakaian. Formula detergen bubuk menurut beberapa pedoman dalam penyusunan formula detergen cuci dengan tangan adalah Nilai AM (kadar busa) yang terbentuk dari NP-30 dan Emal-10 sebaiknya minimal 10. Apabila nilai AM terlalu rendah, busa detergen juga rendah. Umumnya AM berkisar antara 10 - 25.

3. Proses Pencampuran yang Tepat
Lakukan pencampuran bahan baku dengan tepat. Pastikan semua bahan tercampur dengan baik untuk menghasilkan deterjen bubuk yang homogen.

Berikut adalah Langkah-langkah produksi dan pencampuran Deterjen Bubuk:

a. Timbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan basis produksi detergen dan formula yang diinginkan. Tempatkan bahan-bahan tersebut dalam plastik sesuai ukuran.

b. Campurkan Emal-10 dan STPP di dalam ember dan aduk dengan pengaduk kayu hingga rata. Menjadi adonan B.

c. Campurkan parfum dengan soda abu sedikit demi sedikit hingga merata. Hati-hati jangan sampai terbentuk gumpalan yang disebabkan campuran yang tidak merata. Menjadi adonan C.

d. Campurkan adonan B dan adonan C di dalam ember dan aduk hingga rata (adonan D).

e. Campurkan bahan adonan d dengan setengah bagian sodium sulfat dalam ember besar dan aduk hingga rata (adonan E).

f. Sisa dari sodium sulfat dicampur dengan NP-30 dalam ember besar dan aduk hingga rata (adonan F).

g. Tuangkan adonan F ke dalam adonan E. Aduk pelan sekitar 10 menit hingga rata.

h. Ayak campuran di atas menggunakan ayakan. Caranya adalah dengan mengambil adonan sebagian demi sebagian dengan gayung dan di aduk-aduk menggunakan pengaduk kayu.

i. Aduk adonan yang telah disaring dalam ember selama 10 menit.

                                  

Presentase soda abu jangan melebihi 7% karena dapat menimbulkan efek panas di tangan dan apabila terlalu sedikit dapat menurunkan daya bersih dari detergen.

Kadar soda abu dalam detergen ini umumnya berkisar antara 4 - 6%.

Untuk STPP karena harganya cukup mahal maka pemakaiannya tidak lebih dari 8%.

Presentase sodium sulfat mengikuti bahan lainnya sehingga mencapai 100%.

Kadar parfum biasanya berkisar antara 0,25 – 0,3%.

4. Kenali Dosis yang Tepat
Tentukan dosis yang tepat untuk digunakan pada setiap proses pencucian. Hal ini akan membantu meningkatkan efektivitas deterjen dan mencegah penggunaan berlebihan yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

                              

5. Uji Kualitas Produk
Sebelum memasarkan deterjen bubuk, lakukan uji kualitas terlebih dahulu dengan cara menguji kerataan campuran dengan mengukur berat jenisnya.. Pastikan produk Anda memenuhi standar kebersihan dan keamanan yang ditetapkan. 

6. Pengemasan yang Menarik
Kemaslah deterjen bubuk Anda dengan penampilan yang menarik dan informasi yang jelas mengenai cara penggunaan. Kemasan yang baik akan menarik minat pelanggan potensial dan memberikan citra profesional kepada produk Anda.

                                 

7. Promosi dan Distribusi yang Efektif
Lakukan strategi promosi dan distribusi yang efektif untuk memperkenalkan deterjen bubuk Anda ke pasar. Manfaatkan pemasaran online dan offline untuk menjangkau pelanggan potensial.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda akan mampu memproduksi deterjen bubuk yang efektif dan profesional.

Selamat Mencoba......

Comments

Popular posts from this blog

Proses Sentrifugasi (Pemutaran) pada Produksi Gula dari Tebu dan Raw Sugar

Proses Sentrifugasi Stasiun pemutaran (Sentrifugasi) adalah stasiun lanjutan dari stasiun kristalisasi. Setelah masakan dingin proses selanjutnya adalah pemisahan, proses pemisahan ini dilakukan dengan gaya sentrifugal. Sentrifugal merupakan mesin pemutar yang digunakan untuk memisahkan kristal gula dari larutannya. Proses pemutaran bertujuan untuk memisahkan antara kristal gula dengan larutan yang melapisinya. Dalam pemisahan ini dapat menghasilkan diantaranya gula, larutan (klare atau stroop) dan tetes. Proses sentrifugasi (pemutaran) LGF A adalah proses pemisahan kristal gula A dan molasses A,  alat yang digunakan adalah sentrifugal LGF yang mempunyai kecepatan putar sekitar 2000 rpm,  sehingga dapat memisahkan gula A dan  A-molasses dengan gaya sentrifugal tersebut. LGF B digunakan untuk memisahkan hasil kristalisasi pada Pan B yang menghasilkan B-magma yang digunakan untuk bibit pada Pan A dan B-molases.  Proses pemutaran (sentrifugasi) pada akhir produksi, memisahk

Minyak goreng apa yang mempunyai titik beku terendah?

Minyak goreng yang mempunyai titik beku rendah bisa ditentukan dengan 2 hal yaitu Minyak goreng yang mempunyai Iodine Value (IV) tinggi dan Cloud Point (CP) rendah sehingga membeku pada suhu yang cukup rendah.  Untuk mendapatkan minyak dengan Iodine value tinggi dan Cloud point rendah diperlukan tahapan proses fraksinasi berkali-kali atau biasa disebut tahapan penyaringan yang dalam beberapa minyak goreng dengan kualitas bagus dilakukan dua kali penyaringan. Dua kali penyaringan ini dalam prosesnya yaitu: Tahapan penyaringan pertama dari minyak kelapa sawit yang dimurnikan menjadi minyak  crude palm oil (CPO), kemudian dilanjutkan tahapan penyaringan kedua yaitu proses refinery, pada proses refinery tahapan prosesnya yaitu:  1. Degumming yang berfungsi menghilangkan gum dari minyak CPO,  2. Bleaching, kandungan karoten yang tinggi dalam minyak sawit menyebabkan warna minyak sawit mentah (CPO) berwarna kemerahan, sehingga perlu dikurangi kadar karotennya sehingga minyak

Perbedaan Pati dan Selulosa

Pada dasarnya, pati dan selulosa adalah dua jenis karbohidrat yang umum ditemukan dalam dunia biologi. Walaupun keduanya terdiri dari rantai glukosa, ada beberapa perbedaan yang signifikan antara pati dan selulosa. Mari kita bahas perbedaan antara keduanya. PATI                                           Pati, suatu polisakarida simpanan pada tumbuhan, adalah suatu polimer yang secara keseluruhan terdiri atas monomer-monomer glukosa. Sebagian besar monomer-monomer ini dihubungkan dengan ikatan 1-4 (C no.1 dengan C no. 4) seperti unit glukosa dalam maltosa. Sudut ikatan in i membuat polimer tersebut berbentuk heliks. Bentuk pati yang paling sederhana adalah amilosa, yang rantainya tidak bercabang. Amilopektin, suatu bentuk pati yang lebih kompleks, adalah polimer bercabang dengan ikatan 1-6 pada titik percabangan tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di dalam struktur seluler yang disebut plastid, termasuk kloroplas. Dengan cara mensintesis pati, tumbuhan dapat me