Berdasarkan metode, pengawetan daging dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu pengawetan secara fisik, biologi, dan kimia .
a. Pengawetan secara fisik meliputi proses pelayuan, pemanasan dan pendinginan
b. Pengawetan secara biologi melibatkan proses fermentasi menggunakan mikroba seperti pembuatan produk salami
c. Pengawetan kimia merupakan pengawetan yang melibatkan bahan kimia
Pengawetan daging dengan pemanasan
1. Pasteurisasi
Pasteurisasi, yaitu pemanasan menggunakan suhu di bawah suhu didih untuk membunuh kuman/bakteri patogen namun sporanya masih dapat hidup.
pasteurisasi dilakukan dengan cara:
* Pasteurisasi lama (Low Temperature Long Time/LTLT). Pemanasan pada suhu
yang tidak tinggi (62o-65°C) dengan waktu yang relatif lama (1/2 -1
jam).
* Pasteurisasi singkat (High Temperature Short Time/HTST).
Pemanasan dilakukan pada suhu tinggi (85o-95°C) dengan waktu yang
relatif singkat (1-2 menit).
2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pengawetan yang dilakukan dengan pemanasan sampai suhu di atas titik didih, sehingga bakteri dan sporanya mati.
Sterilisasi adalah proses pengawetan yang dilakukan dengan pemanasan sampai suhu di atas titik didih, sehingga bakteri dan sporanya mati.
Sterilisasi dilakukan dengan cara :
* UHT yaitu pemanasan sampai suhu 137°-140°C selama 2-5 detik
Produk dalam kemasan hermetis dipanaskan pada suhu 110°-121°C selama 20-45 detik
Pengawetan daging dengan bahan kimia
1. Pengawetan daging dengan Bahan aktif alamiah* Bawang putih dan bawang bombay, kandungan alisin berguna untuk antimikroba
* Kunyit, kandungan kurkumin (golongan fenol) didalamnya memiliki sifat bakterisidal
* Lengkuas, senyawa fenolik lengkuas bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur
* Jahe, senyawa antioksidan didalamnya dapat dimanfaatkan mengawetkan minyak dan lemak
* Bakteriosin, merupakan produk ekstraseluler (Jack et al., 1995) yang diproduksi oleh bakteri asam laktat, sebagai protein yang aktif secara biologi atau kompleks protein (agregat protein, protein lipokarbohidrat, glikoprotein) yang disintesa secara ribosomal dan menunjukkan aktivitas antibakteri (Vuyst and Vandamme, 1994; Ammor et al., 2006).
2. pengawetan daging dengan Bahan kimia, Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan antara lain:
* Garam NaCl (garam dapur), berguna untuk menghambat pertumbuhan khamir/yeast dan jamur. Penggunaan garam dapur berkisar antara 1,5-3%.
* Sodium tripolyphosphate (STPP), bertujuan menurunkan jumlah bakteri sehingga produk olahan daging dapat tahan lama. Perendaman karkas selama 6 jam dalam larutan disodium fosfat dengan konsentrasi 6,23% dapat meningkatkan masa simpan 1-2 hari. Penggunaan STPP pada produk olahan daging tidak boleh lebih dari 0,5%.
* Gula pasir, dapat digunakan sebagai pengawet dengan tingkat penggunaan minimal 3% atau disesuaikan dengan jenis produk olahan daging
* Sodium nitrit, digunakan dalam campuran curing untuk menghasilkan kestabilan pigmen daging olahan. Jumlah penggunaan tidak boleh lebih dari 156 ppm, kadang-kadang dikombinasikan dengan askorbat 550 ppm untuk mencegah pembentukan senyawa karsinogen nitrosamin
* Sodium laktat, digunakan untuk mengontrol pertumbuhan patogen. Maksimum penggunaan sodium laktat adalah 2,9%
* Sodium asetat, digunakan sebagai agen antimikroba dan flavouring dengan jumlah penggunaan maksimum 0,25%.
* Sendawa (kalium nitrat, kalsium nitrat, natrium nitrat), sebagai pengawet daging olahan digunakan dengan konsentrasi 0,1%.
Beberapa bahan kimia yang tidak dapat digunakan (dilarang) digunakan sebagai bahan pengawet antara lain formalin, asam borat, asam salisilat, kalium klorat, kloramfenikol, formalin, dan lain-lain. Bahan pengawet yang dilarang namun sering dijumpai dalam produk makanan diantaranya adalah formalin dan boraks.
Comments
Post a Comment