KEMANISAN
Beberapa
monosakarida dan oligosakarida mempunyai rasa manis sehingga seringkali
digunakan sebagai pemanis. Oligosakarida merupakan gabungan dari
molekul-molekul monosakarida yang jumlahnya antara 2 (dua) sampai dengan 8
(delapan) molekul monosakarida. Sehingga oligosakarida dapat berupa disakarida,
trisakarida dan lainnya. Yang sering digunakan adalah sukrosa, glukosa, dan
dekstrosa. Sebagai standar kemanisan digunakan rasa manis dari sukrosa. Sukrosa
biasa diperoleh di alam sebagai gula tebu dan gula bit. Khususnya pada pada
ekstrak gula dari bit. Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur,
terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup
jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu.
Dalam keadaan normal sistem
saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Glukosa dalam bentuk bebas hanya terdapat dalam jumlah
terbatas dalam bahan makanan. Glukosa dapat dimanfaatkan untuk diet tinggi
energi. Tingkat kemanisan glukosa hanya separuh dari sukrosa, sehingga dapat
digunakan lebih banyak untuk tingkat kemanisan yang sama.
PENCOKLATAN
Pencoklatan
(browning) merupakan proses pembentukan pigmen berwarna kuning yang akan segera berubah menjadi coklat gelap. Pencoklatan yang diinginkan terdapat pada kopi,
sirup, bir dan roti bakar. Sedangkan pencoklatan yang tidak diinginkan yaitu
pada apel, kentang dan jus. Reaksi pencoklatan terdiri dari
reaksi pencoklatan enzimatis dan non-enzimatis.
A. Reaksi
pencoklatan enzimatis
Pencoklatan
enzimatis atau browning enzimatis merupakan suatu gejala terbentuknya warna
coklat pada bahan pangan secara alami akibat suatu proses. Pencoklatan
enzimatis ini biasa terjadi pada buah-buahan atau sayur-sayuran yang tersusun
atas enzim fenolase. Contoh buah dan sayur yang biasa mengalami pencoklatan yaitu
apel, pear, pisang, salak dan kentang. Pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya
jaringan tanaman yang mengalami perlukaan seperti pada
bagian yang digigit atau bagian yang mengalami pengupasan. Pada pencoklatan
enzimatis terjadi pada buah yang setelah dikupas, disebabkan oleh pengaruh
aktivitas enzim polyphenol oxidase (PPO), yang dengan bantuan oksigen akan
mengubah gugus monophenol menjadi o-hidroksi phenol, yang selanjutnya diubah
lagi menjadi O-kuinon. Gugus o-kuinon inilah yang membentuk warna coklat.
Mekanisme reaksi
Penelitian yang paling banyak dilakukan adalah
fenolase pada kentang. Pada kentang ada 2 enzim yang berperan yaitu fenolhidroksilase atau kresolase dan polifenol
oksidase atau katekolase. Kedua tipe enzim tersebut dapat dijelaskan dengan
reaksi oksidasi L-tirosin, yang merupakan senyawa fenol yang banyak dijumpai
pada kentang.
Pencegahan
pencoklatan enzimatis yaitu :
1.
Pengurangan
oksigen atau penggunaan antioksidan, misalnya vitamin C ataupun senyawa sulfit.
Antioksidan
dapat mencegah oksidasi komponen-komponen fenolat menjadi quinon berwarna
gelap. Sulfit dapat menghambat enzim fenolase pada konsentrasi 1 ppm secara
langsung atau mereduksi hasil oksidasi quinon menjadi bentuk fenolat sebelumnya.
Penggunaan vitamin C dapat mereduksi kembali quinon berwarna hasil oksidasi
(o-quinon) menjadi senyawa fenolat (o-difenol) tak berwarna.
2.
Pemanasan untuk
menginaktivasi enzim-enzim.
Enzim
umumnya bereaksi optimum pada suhu 30-40 ºC. Pada suhu 45 ºC enzim mulai terdenaturasi
dan pada suhu 60 ºC mengalami dekomposisi. Enzim yang terdenaturasi akan
kehilangan kemampuan katalisnya
B. Reaksi
pencoklatan non-enzimatis
Pencoklatan
non enzimatis tidak melibatkan
peran enzim, biasanya terjadi saat pengolahan berlangsung. Reaksi pencoklatan ini merupakan
perubahan warna karena pengolahan akibat panas. Ada dua macam reaksi yang
terjadi, yaitu reaksi Maillard dan reaksi karamelisasi.
Reaksi
Maillard
Reaksi
ini dinamakan reaksi Maillard setelah seorang ahli Kimia Prancis, Louis-Camille
Maillard menemukan reaksi ini tahun 1912 pada saat mencoba memproduksi protein
buatan secara biologi. Reaksi ini sering terjadi pada produk pangan yang biasa
dikonsumsi sehari-hari. Reaksi maillard dalam makanan dapat berfungsi untuk menghasilkan
flavor dan aroma.
Reaksi
Maillard terjadi antara gugus karbonil yang reaktif dari senyawa gula bereaksi
dengan gugus amino nukleophilik, hasilnya berupa campuran kompleks molekul yang
bertanggung jawab untuk membentuk bau/aroma dan rasa. Proses ini akan
dipercepat dalam kondisi basa. Reaksi Maillard (baca: my-yar (eng.),
mai-jar (prancis), Ma-Yar (Ind.)) ini dikenal juga sebagai reaksi browning non
enzymatis. Reaksi ini terjadi antara senyawa gula reduksi dengan senyawa amina,
reaksi ini membutuhkan panas. Reaksi ini sangat bermanfaat dalam penyiapan
industri makanan seperti industry roti, hasil dari reaksi Maillard adalah
produk roti dengan aroma dan warna kuning keemasan dipermukaannya. Contoh warna coklat yang
dikehendaki: pemanggangan daging, roti, menggoreng ubi jalar, singkong.
Sedangkan warna coklat yang
tidak dikehendaki dapat menurunkan kualitas produk.
Reaksi
Maillard juga dapat menyebabkan kehilangan ketersediaan asam amino, khilangan
nilai gizi, bembentukan antinutrisi, pembentukan komponen toksik dan komponen
mutagenik.
Proses yang terjadi pada reaksi Maillard:
- Gugus karbonil dari gula bereaksi dengan gugus amino menghasilkan
N-glikosamin dan air.
- Gugus glikosamin yang tidak stabil mengalami pengaturan kembali
membentuk ketosamin
- Selanjutnya ketosamin dapat mengalami proses lebih lanjut:
–
Memproduksi air dan redukton
–
Membentuk diasetil, aspirin, pyruvaldehyde dan
bentuk ikatan hidrolitik rantai pendek lainnya.
–
Membentuk polimer nitrogen berwarna coklat
(melanoidism).
Karamelisasi
Karamelisasi
merupakan proses pencoklatan non-enzimatis yang disebabkan oleh pemanasan gula
yang melampaui titik leburnya, misal pada suhu di atas 170 ºC dihasilkan gula
berwarna coklat. Jika gula dipanaskan sampai suhu yang sangat tinggi, gula itu akan
berubah menjadi cairan bening. Jika dipanaskan terus, lama kelamaan gula
tersebut menjadi berwarna kuning, kemudian kecokelatan, hingga dengan cepat
berubah warna menjadi benar-benar cokelat. Proses inilah yang dinamai
karamelisasi. Dan hasilnya yang memiliki aroma dan rasa yang khas itu sering
dikenal sebagai karamel.
Reaksi yang terjadi
bila gula mulai hancur atau terpecah-pecah tidak diketahui pasti, tetapi paling
sedikit melalui tahap-tahap seperti berikut: Mula-mula setiap molekul sukrosa
dipecah menjadi sebuah molekul glukosa dan sebuah fruktosan (Fruktosa yang
kekurangan satu molekul air). Suhu yang tinggi mampu mengeluarkan sebuah
molekul air dari setiap molekul gula sehingga terjadilah glukosan, suatu
molekul yang analog dengan fruktosan. Proses pemecahan dan dehidrasi diikuti dengan polimerisasi, dan beberapa
jenis asam timbul dalam campuran tersebut.
Faktor – Faktor
penyebab pencoklatan non enzimatis, yaitu :
1.
Karamelisasi
diakibatkan oleh suhu dan waktu
2.
Reaksi maillard
diakibatkan oleh jenis gula, suhu dan waktu. Pada glukosa, semakin lama
dipanaskan, maka semakin pekat warna coklatnya. Sedangkan pada sukrosa, tidak
terjadi perubahan yang begitu signifikan. Hal ini disebabkan karena glukosa
merupakan gula pereduksi. Semakin tinggi ph, maka reaksi maillard akan semakin
intensif. Karena reaksi maillard yang terjadi optimum pada kondisi basa.
Perbedaan antara pencoklatan pada reaksi
maillard dan karamelisasi adalah:
1.
Pencokelatan
bahan makanan yang mengandung gula dan protein disebut reaksi maillard.
2.
karamelisasi merupakan
proses mencoklatkan suatu bahan makanan yang mengandung gula.
thank you!!! bermanfaat banget
ReplyDelete