Kristalisasi dapat
ditinjau dari kemurnian, peolehan, kebutuhan energy, laju nukleasi dan laju
pertumbuhan.
1.
Kemurnian
Hasil
Kristal
yang baik terbentuk dengan baik, biasanya hamper murni, tetapi masih mengandung
agregat kristal, massa zat padat itu mungkin mengandung cairan induk bersama
kristal. Bila cairan induk yang terkandung yang kemurniannya rendah itu
dikeringkan , terjadi kontaminasi dan derajat kontaminasi ini tergantung pada
banyak dan derajat ketakmurnian cairan induk yang terkandung bersama kristal.
Dalam
praktek sebagain besar cairan induk yang terkandung itu dipisahkan dari kristal
dengan cara filtrasi dan sentrifugasi, sedang sisanya dikeluarkan dengan
mencucinya dengan pelarut segar. Efektifitas langkah pemurnian bergantung pada
ukuran dan keseragaman kristal.
2.
Keseimbangan
Keseimbangan
didalam proses kristalisasi dapat dicapai bila larutan itu jenuh dan hubungan
keseimbangan untuk kristal adalah kurva kelarutan. Data kelarutan sebagai
fungsi suhu, dimana kelarutan kristal yang sangat kecil, lebih besar dari
kristal yang mempunyai ukuran biasa. Data kelarutan sebagai fungsi suhu diberikan pada gambar 2.2. Kebanyakan
bahan mengikuti kurva yang serupa dengan kurva 1; artinya, kelarutannya meningkat
hampir secepat peningkatan suhu. Beberapa bahan mengikuti kurva seperti kurva
2, di mana kelarutan berubah sedikit saja dengan suhu; ada pula yang mengikuti kurva
kelarutan terbalik (inverted solubility curve) pada kurva 3, yang berarti bahwa
kelarutannya berkurang bila suhu dinaikkan.
Gambar 2.2. Kurva kelarutan, kurva 1
KNO3; kurva 2 NaCl; kurva 3 MnSO4.H2O (semua
larut dalam air)
Banyak bahan anorganik yang penting-penting
mengkristalisasi dengan air kristal. Pada beberapa sistem, terbentuk beberapa
macam hidrat, bergantung pada konsentrasi dan suhu, dan keseimbangan dalam
sistem itu bisa sangat rumit. Diagam fase untuk sistem magnesium sulfat-air
terlihat pada Gambar 2.3. Konsentrasi magnesium sulfat bebas-air (anhydrous)
dalam fraksi massa digambarkan grafiknya terhadap suhu dalam derajat Fahrenheit.
Keseluruhan luas di bawah dan di poelah kiri garisponuh menunjukkan larutan
tak-jenuh magnesium sulfat di dalam air. Garis putus-putus eag f hij menunjukkan
solidifikasi (pembekuan) larutan cair membentuk berbagai fase zat padat. Luas
pae menunjukkan campuran es dan larutan jenuh. Setiap larutan yang mengandung
kurang dari 16,5 persen. MgSO4 akan mengendapkan es bila suhunya mencapai garis
pa. Garis patah-patah abcdq ialah kurva kelarutan. Setiap larutan yang
mengandung lebih dari 16,5 persen akan mengendapkan, pada waktu pendinginan,
zat padat bila suhu mencapai garis ini. Zat padat yang terbentuk pada titik c
disebut etektik (eutectic). Zat padat itu terdiri dari campuran mekanik yang
akrab antara es dan MgSO4 .12H2O. Antara titik a dan b
kristalnya adalah MgSO4 . 12H2O; antara b dan c fase zat
padat adalah MgSO4 .7H2O (garam epsom); antara c dan d
kristalnya adalah MgSO. 6H2O; dan di atas titik d kristal itu adalah
MgSO4 .H2O Dalam daerah cihb, sistem keseimbangan terdiri
dari campuran larutan jenuh dan kristal MgSO4.7H2O, Dalam
daerah dljc, campuran itu terdiri dari larutan jenuh dan kristal MgSO4
.6H2O. Dalam daerah qdk, carnpuran itu adalah larutan jenuh dan MgSO4
. H2O.
Gambar 2.3.Diagram
fase system MgSO4.H2O
3.
Perolehan
dan laju pertumbuhan
Pada proses kristalisasi, kristal dan
cairan induk berada pada waktu yang cukup lama sehingga mencapai keseimbangan
dan cairan induk itu jenuh pada suhu akhir proses. Perolehan kristal dapat
dihitung dari konsentrasi larutan awal dan kelarutan pada suhu akhir. Jika
selama proses terjadi penguapan yang cukup besar, kuantitasnya harus diketahui
atau dapat diperkirakan.
Bila laju pertumbuhan kristal lambat
diperlukan waktu yang agak panjang untuk mencapai keseimbangan. Hal ini sangat besar bila
larutan itu viskos atau dimana kristal itu mengumpul di dasar kristalisator
sehingga hanya sedikit saja permukaan kristal yang terkena larutan lewat jenuh.
Sehingga cairan induk akhir sangat jenuh dan perolehan yang didapat akan lebih
kecil dari hasil perhitungan dari kurva kelarutan.
Jika kristal itu bebas air perhitungan
lebih sederhana karena zat padat tidaka mengandung pelarut. Bila hasil
mengandung air kristalisasi, air yang terdapat bersama kristal harus
diperhitungkan karena air ini tidak terkandung didalam larutan. Data kelarutan
ini biasanya diberikan sebagai bagian massa bahan bebas air perseratus bagian
dari massa pelarut total atau dalam persen massa zat terlarut bebas air. Data
tersebut tidak memperhitungkan air kristalisasi. Kunci dalam perhitungan
perolehan zat terlarut bebas air ialah menyatakan semua massa dan konsentrasi
sebagai garam hidrasi dan air bebas. Oleh karena kuantitas yang terakhir ini
tetap berada dalam fase zat cair selama berlangsungnya kristalisasi,
konsentrasi atau kuantitas yang didasarkan atas air bebas dapat dikurangkan untuk
memberikan hasil yang benar.
Dalam
pembentukan krisatal diperlukan dua langkah :
1.
Lahirnya
suatu partikel baru
2.
Tumbuhnya
partikel itu menjadi sesuatu yang ukurannya makroskopik.
Langkah pertama dinamakan nukleasi. Dalam
kristalisator CSD ditentukan oleh interaksi antara laju nukleasi dan laju
pertumbuhan. Keseluruhan proses sangat rumit ditinjau dari segi kinetic.
Potensial pendorong untuk kedua laju adalah kelewatjenuhan atau supersaturasi
dan baik bukleasi maupun pertumbuhan yang tidak dapat berlangsung di dalam
larutan jenuh atau tak jenuh. Kristal-kristal yang sangat kecil memang dapat
dibuat dengan atrisi di dalam larutan jenuh, dan kemudian berfungsi sebagai
inti untuk pertumbuhan kristal selanjutnya apabila larutan menjadi lewat jenuh.
4.
Nukleasi
Laju
nukleasi ialah banyaknya partikel baru yang terbentuk per satuan waktu per
satuan volume magma atau larutan induk bebas zat padat. Besaran ini merupakan
parameter kinetic pertama yang mengendalikan Distribusi ukuran kristal.
Ada
beberapa pengerian nukleasi :
a.
Nukleasi
primer
·
Nukleasi
homogen
·
Nukleasi
heterogen
b.
Nukleasi
sekunder
·
Nukleasi
geser fluida
·
Nukleasi
kontak
Nukleasi Primer
Nukleasi
ialah lahirnya suatu benda yang sangat kecil, merupakan suatu fase baru di
dalam fase yang telah ada, dimana fase yang telah ada itu homogen dan lewat
jenuh. Pada dasarnya fenomena nukleasi sama dengan kristalisasi dari larutan,
kristalisasi dari cairan, kondensasi tetesan kabut didalam uap yang lewat
dingin dan pembangkitan gelembung di dalam zat cair panas lanjut. Nukleasi
merupakan akibat fluktuasi local yang berlangsung cepat pada skala molekul di
dalam fase homogeny yang berada di dalam keseimbangan metastabil. Fenomena
dasarnya disebut nukleasi homogen yang terbatas pada pembentukan partikel baru
di dalam suatu fase tanpa terpengaruh oleh suatu zat padat termasuk dinding
bejana atau partikel submikroskopik paling kecil sekalipun.
Variasi
nukleasi homogen terjadi bila partikel zat padat asing masih mempengaruhi
proses nukleasi dengan mengkatalisis laju pertambahan nukleasi pada suatu
keadaan lewat jenuh tertentu atau memberikan suatu laju tertentu pada lewat
jenuh dimana nukleasi homogeny hanya akan berlangsung sesudah memakan waktu
yang lama sekali. Proses ini disebut nukleasi heterogen.
Nukleasi Sekunder
Pembentukan
inti yang dapat dikatakan dipengaruhi oleh kristal-kristal mikroskopik yang
sudah ada di dalam magma dinamakan nukleasi sekunder. Ada dua macam nukleasi
sekunder, yang pertama disebabkan geser fluida dan tumbukan antara sesama kristal
yang ada/dinding kristalisator/ impeller putar/daun agitator.
Nukleasi Geser Fluida
Nukleasi
jenis ini diketahui berlangsung pada kondisi tertentu dan diperkirakan juga
berlangsung pada kondisi lain. Bila larutan lewat jenuh bergerak dengan
kecepatan agak tinggi melewati permukaan kristal yang sedang tumbuh, tegangan
geser (shear stress) pada lapisan batas dapat menyebabkan embrio atau inti
tersapu dan muncul sebagai kristal baru. Inti tersebut seharusnya menjadi
bagian dari kristal yang sedang tumbuh tadi.
Nukleasi Kontak
Nukleasi
sekunder dipengaruhi oleh intensitas pengadukkan, jenis ini merupakan nukleasi
yang paling banyak terdapat dalam kristalisator industry Karen aterjadi pada lewat jenuh rendah, dimana laju
pertumbuhan kristal adalah optimum untuk
menghasilkan kualitas yang baik. Nukleasi kontak sebanding dengan pangkat satu
lewat jenuh, bukan pangkat 20 lebih seperti nukleasi primer sehingga mudah
dikendalikan tanpa mengalami operasi yang tak stabil. Dalam nukleasi dan
pertumbuhan digunakan satuan mol sebagai pengganti satuan massa.
Kelarutan
suatu zat
Satuan
kelarutan dinyatakan dalam berapa bagian solute/100 bagian air (solven). Yang
artinya berapa lb solute yang dapat melarut dalam 100 lb air (jika satuan dalam
lb).
Jadi
suatu larutan jenuh yang didinginkan sampai suhu tertentu (dalam keadaan jenuh)
maka akan terbentuk kristal.
matur suwun sanget ilmunya ,,semoga menjadi amal jariyah buat sampean aminn
ReplyDelete