Humudifikasi atau pelembaban adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang kelembaban uadar (campuran udara dan uap air) dan
operasinya meliputi transfer massa suatu phase cairan murni dan suatu gas yang
tidak dapat larut dalam cairan tersebut. Satuan kelembaban adalah satuan massa
gas bebas uap. Dimana uap adalah bentuk gas dimana komponen juga terdapat
sebagai zat cair (komponen A), sedangkan gas adalah komponen hanya terdapat
dalam gas saja (komponen B). OLeh karena sifat-sifat campuran gas-uap berubah
sesuai dengan tekanan totalnya maka tekanan harus ditetapkan terlebih dahulu. Kecuali
bila sudah diasumsikan tekanan total 1 atm atau gas dan uap tersebut memenuhi
Hukum Gas ideal. Ada beberapa pengertian dalam perhitungan humidifikasi antara
lain :
1.
Kelembaban
(Humidity) H
Adalah massa
uap yang dibawa oleh satu satuan massa gas bebas uap. Kelembaban hanya
tergantung pada tekanan bagian uap di dalam campuran bila tekanan total dibuat
tetap. Jika tekanan bagian uap adalah PA atm maka rasio molal antara uap dan
gas pada 1 atm adalah .
Sehingga kelembaban :
3.1
dimana MA dan
MB adalah berat molekul komponen A dan B.
Kelembaban
dihubungkan dengan fraksi mol didalam fase gas oleh persamaan :
3.2
Oleh karena H/ MA biasanya
kecil dibandingkan dengan 1/MB, y biasanya dianggap berbanding lurus dengan H.
2.
Gas
Jenuh
Adalah gas dimana
uap jenuh berada dalam keseimbangan
dengan zat cair pada suatu gas. Tekanan bagian uap didalam gas jenuh sama
dengan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Jika Hs adalah kelembaban jenuh dan
PA’ tekanan uap zat cair.
3.3
3.
Kelembaban
relative
Adalah rasio
antara tekanan bagian uap dan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Besaran ini
biasanya dinyatakan dalam persen, sehingga kelembaban 100 % berarti gas jenuh,
sedang kelembaban 0 % berarti gas bebas uap.
3.4
4.
Presentase
kelembaban (HA)
Rasio
kelembaban nyata (actual) terhadap kelembaban jenuh Hs
pada suhu gas, dinyatakan dalam %.
3.5
Persentase
kelembaban pada setiap kelembaban, kecuali pada 0atau 100 %, selalu lebih kecil
dari kelembaban relative.
5.
Kalor
Lembab (humid heat) cs
Energi kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oF atau 1oC gas,
pada 1 lb atau 1 gr gas beserta segala uap yang dikandungnya.
Cs = CpB + CpA H 3.6
Dimana CpB dan
CpA adalah kalor spesifikik gas dan
kalor spesifik uap.
6.
Volume
lembab (humid volume)
Volume total
satu satuan massa gas bebas uap beserta segala uap yang dikandungnya pada
tekanan 1 atm dan T gas.
3.7
Dimana T
adalah suhu absolute dalam derajat Rankin, jika dalam satuan SI persamaan 3.7
menjadi :
3.8
Dimana VH
adalah meter kubik per gram dan T dalam K. Untuk gas bebas uap H=0 dan VH
adalah volume spesifik gas tetap. Untuk gas jenuh H =Hs dan VH menjadi volume
jenuh (saturated volume)
7.
Titik
embun (dew point)
Suhu pendinginan
campuran uap-gas (pada kelembaban tetap) agar menjadi jenuh. Titik embun fase
gas jenuh sama dengan suhu gas tersebut.
8.
Entalpi
total (Hy)
Entalpi satu
satuan massa gas ditambah uap yang terkandung didalamnya. Untuk menghitung Hy
diperlukan dua keadaan rujukan untuk gas dan uap. Misalkan To adalah suhu acuan
yang dipilih untuk kedua komponen, dan entalpi komponen B pada B cair
berdasarkan suhu To. Dimisalkan suhu gas adalah T dan kelembaban H. Entalpi
total adalah jumlah ketiga factor, yaitu kalor sensible uap, kalor laten zat
cair pada To dan kalor sensible gas bebas uap. Sehingga :
Hy = CpB(T-To) + H λo + CpA
H (T-To) 3.9
dimana λo
ialah kalor laten zat cair pada suhu To.
Dari persamaan 3.6 maka pers 3.9 menjadi :
Hy = cs (T-To) + H.λo 3.10
Keseimbangan Fase
Dalam
operasi humidifikasi dan dehumidifikasi, fase zat cair adalah komponen tunggal.
Tekanan bagian keseimbangan zat terlarut didalam fase gas. Oleh karena itu
merupakan fungsi tunggal dari suhu bila tekanan total sistem itu dibuat
konstan. Demikian pulapada tekanan sedang, tekanan bagian keseimbangan hamper
tidak tergantung pada tekanan total dan dapat dikatakan sama dengan tekanan uap
zat cair. Menurut hukum Dalton, tekanan bagian keseimbangan dapat dikonversikan
menjadi fraksi mol keseimbangan ye dalam fase gas. Oleh karena zat
cairnya murni, xe selalu satu. Data keseimbangan biasanya disajikan sebagai
grafik ye vs suhu pada suatu tekanan total tertentu, seperti terlihat pada
grafik 3.1 untuk system udara-air pada 1 atm. Fraksi mol keseimbangan ye
dihubungkan dengan kelembaban jenuh oleh persamaan 3.2. Sehingga :
3.11
Gambar
3.1. Keseimbangan untuk system udara-air pada 1 atm
Suhu Jenuh adiabatik
Perhatikan
proses pada Gambar 3.2. Gas dengan kelembaban awal dan suhu T mengalir secara kontinu melalui kamar
siram A. Kamar itu diisolasi
sehingga prosesnya adiabatik. Zat cair itu disirkulasikan oleh pompa B dari
reservoar pada dasar kamar siram melalui semprot C dan kembali ke dalam
reservoir. Gas yang mengalir melalui kamar itu menjadi lebih dingin dan lembab.
Suhu zat cair itu akan mencapai suatu suhu keadaan-stedi Ts yang disebut suhu jenuh adiabatik
(adiabatic saturation temperature). Kecuali jika gas yang masuk itu jenuh, suhu
jenuh adiabatik selalu lebih rendah dari suhu gas-masuk. Jika kontak antara zat
cair dan gas itu cukup baik sehingga zat cair dan gas keluar berada dalam
keseimbangan, gas yang keluar akan jenuh pada suhu Ts. Oleh karena zat cair
yang menguap ke dalam gas itu hilang dari kamar itu, maka diperlukan tambahan
zat cair pengganti. Untuk menyederhanakan analisis kita, penambahan zat cair ke
dalam reservoar itu diandaikan pada suhu Ts.
Gambar 3.3 Penjenuh adiabatik : A kamar siram, B
pompa sirkulasi, C semprot
Sekarang kita
dapat membuat neraca entalpi pada proses ini. Kerja pompa kita abaikan, dan
neraca entalpi kita dasarkan atas suhu dasar Ts. Entalpi zat cair penambah, oleh
karena itu, adalah nol, dan entalpi total gas masuk sama dengan gas keluar.
Oleh karena total gas keluar berada pada suhu rujukan, entalpinya hanyalah Hsλs,
dimana Hs ialah kelembaban jenuh dan λs kalor laten, keduanya pada suhu Ts.
Dari Pers. (3.9), entalpi total gas masuk ialah cs(T - Ts) + H λs, dan neraca
entalpi menjadi :
Cs(T-Ts)
+ H λs = Hs λs
Atau
3.12
Grafik kelembaban.
Diagram
yang praktis yang menunjukkan sifat-sifat campuran gas permanen dan gas yang
mampu-kondensasi disebut grafik kelembaban (humidity chart). Diagram untuk
campuran udara dan air pada I atm disajikan pada Gambar 3.5. Grafik ini
terdapat dalam berbagai bentuk. Gambar 3.5 didasarkan atas grafik Grosvenor. Pada
Gambar 3.5 suhu dipetakan sebagai absis sedang ordinatnya adalah kelembaban. Setiap
titik pada grafik itu menunjukkan satu campuran tertentu antara udara dan air.
Garis kurva bertanda "lO0%" menunjukkan kelembaban udara jenuh
sebagai fungsi suhu udara. Dengan menggunakan tekanan uap air, koordinat
titik-titik pada garis ini bisa didapatkan dari Pers.3.3. Setiap titik yang
terletak di atas dan sebelah kiri dari garis jenuh itu menunjukkan suatu campuran
udara dan air cair. Daerah ini hanya penting untuk memeriksa pembentukan kabuf
(fog). Setiap titik yang terletak disebelah bawah garis jenuh menunjukkan udara
yang tidak jenuh, dan titik-titik pada sumbu suhu adalah udara kering.
Garis-garis lengkung antara garis jenuh dan sumbu suhu yang ditandai dengan
persen menunjukkan campuran udara-air pada persen kelembaban tertentu. Sebagaimanate
rlihat dari Pers. 3.5, interpolasi lurus antara garis jenuh dan sumbu suhu
dapat digunakan untuk menentukan letak garis-garis dengan kelembaban konstan. Garis-garis
miring ditarik ke bawah dan ke kanan garis jenuh disebut garis-garis pendinginan
adiabatik (adiobatic-cooling lines). Garis-garis ini merupakan pemetaan dari
Pers. 3.12., dimana masing-masingnya menunjukkan satu nilai konstan suhu jenuh adiabatik.
Untuk setiap nilai Ts tertentu, Hy dan λs, adalah
tetap, dan garis H vs T dapat kita
petakan dengan memberikan nilai-nilai pada H dan menghitung nilai-nilai T yang bersangkutan. Pemeriksaan terhadap Pers. 3.12
menunjukkan bahwa kemiringan garis pendinginan adiabatik, jika digambar
pada koordinat yang benar-benar siku-siku, ialah - cs/λs,
dan dari Pers. 3.6, kemiringan bergantung pada kelembaban. Pada koordinat
siku-siku, oleh karena itu, garis-garis pendinginan adiabatik tidaklah lurus
dan tidak pula sejajar. Pada Gambar 3.5, ordinatnya telah diubah sedemikian
rupa untuk menghasilkan garis adiabatik yang lurus dan sejajar satu sama lain,
sehingga memudahkan interpolasi di antara garis-garis itu. Ujung garis
adiabatik pada gambar itu diberi tanda dengan suhu jenuh adiabatik yang
bersangkutan.
Pada Gambar 3.5
tertera pula garis-garis mengenai volume spesifik udara kering dan volume
jenuh. Kedua garis itu merupakan grafik volume terhadap suhu. Volume dibaca
pada skala sebelah kiri. Koordinat titik-titik pada garis dihitung dengan menggunakan Pers. 3.7. Interpolasi
antara garis, atas dasar persen kelembaban memberikan volume lembab
udara tak-jenuh. Demikian pula, hubungan antara kalor lembab cs dan kelembaban juga digambar sebagai satu garis
pada Gambar 3.5. Garis ini adalah penggambaran dari Pers. 3.6. Skala
untuk cs dicantumkan pada
bagian atas diagram.
Penggunaan
grafik kelembaban. Manfaat grafik kelembaban sebagai sumber data mengenai
campuran udara-air tertentu dapat ditunjukkan dengan merujuk kepada Gambar 3.4,
yang merupakan sebagian dari grafik pada Gambar 3.5. Andaikan bahwa suatu anus
tertentu udara yang belum jenuh berada pada suhu T1’ dan persen kelembaban
HA1. Udara
ini ditunjukkan oleh titik A pada grafik. Titik ini merupakan titik potong
antara garis suhu-tetap T1 dan garis persen-kelembaban tetap HA1.
Kelembaban H1 pada udara
ditunjukkan oleh titik b, yaitu
koordinat kelembaban dari titik a. Titik
embun didapatkan dengan mengikuti garis adiabatik melalui titik a sampai
keperpotongannya e pada garis
100 persen, dan membaca kelembaban pada titik f pada skala kelembaban.
Kadang-kadang interpolasi di antara garis-garis adiabatik itu mungkin
diperlukan. Suhu jenuh-adiabatik Ts diberikan
oleh titik g. Jika udara semula lalu dijenuhkan pada suhu tetap, kelembaban
sesudah penjenuhan didapatkan dengan mengikuti garis suhu-tetap melalui titik a ke titik h pada garis 100 persen dan membaca kelembaban pada titik j.
Volume lembab udara
semula didapatkan dengan menentukan letak titik k dan l masing-masing pada kurva volume jenuh dan volume
kering, yang sehubungan dengan suhu T1. Titik
m didapatkan dengan bergerak di
sepanjang garis lk sejauh (HA/100) kl dari
titik l, di mana kl ialah segmen garis antara l dan k. Volume
lembab vH diberikan oleh titik n pada
skala volume. Kalor baban udara didapatkan dengan menentukan letak titik o,
yaitu perpotongan antara garis kelembaban tetap melalui titik a dan garis kalor
lembab dan membaca kalor lembab cs pada
titik p pada skala sebelah atas.
Contoh
3.1. Suhu dan titik embun udara yang masuk ke sebuah pengering adalah
masing-masing 150 dan 60°F (65,5 dan 15,6°C). Data lain apakah yang dapat
dibaca mengenai udara dari grafik kelembaban?
Penyelesaian :
Titik
embun ialah koordinat suhu pada garis jenuh yang berkaitan dengan Kelembaban
udara. Kelembapan jenuh pada suhu 60°F ialah 0,011 lb air per pon (0,011 g/g)
udara kering, dan ini merupakan kelembapan udara itu. Dari suhu dan kelembaban
udara, kita dapat menentukan letak titik mengenai udara ini pada grafik. Pada H
= 0,011 dan T = 150° F, persen kelembaban didapatkan, dari interpolasi 5,2
persen. Garis pendinginan adiabatik melalui titik ini memotong garis 100 persen
pada 85°F (29,4oC), dan ini merupakan garis jenuh adiabatik. Kelembaban
udara jenuh pada titik ini ialah 0,026 lb air per pon (0)026 g per
gram) udara kering. Kalor lembab udara ialah 0,245 Btu/lb udara kering °F (1,03
J/g-°C). Volume jenuh pada 150°F adalah 20,7 ft' per pon (1,29 m3
per kilogram) udara kering, dan volume spesifik udara kering pada 150°F ialah
15,35 ft3/lb (0,958m3/kg). Jadi volume lembab :
vH = 15,35
+0,052(20,7-15,35) =15,63 ft3/lb udara kering (0,978 m3/kg)
Gambar
3.4. Penggunaan Grafik Kelembaban
Suhu
Cembul Basah dan Pengukuran Kelembaban
Suhu cembul
basah adalah suhu keadaan steadi dan tak keseimbangan yang dicapai bila suatu
massa yang kecil daripada zat cair dicelupkan dalam keadaan adiabatic di dalam
suatu arus gas yang kontinu. Massa zat cair sedemikian kecil di kelembaban
dengan fase gas, sehingga perubahan sifat-sifat gas kecil sekali dan dapat
diabaikan, sehingga pengaruh proses ini hanya terbatas pada zat cair saja.
Metode pengukuran suhu-cembul basah terlihat pada Gambar 3.6.
Gambar
3.6. Prinsip thermometer cembul basah
Sebuah
termometer, atau suatu peranti pengukuran suhu yang setara, seperti termokopel,
dibalut dengan sumbu, yang dijenuhkan dengan zat cair murni dan dicelupkan di
dalam arus gas yang mempunyai suhu tertentu T dan kelembaban H. Andaikan bahwa
pada mulanya suhu zat can itu adalah
kira-kira sama dengan gas. Oleh karena gas itu tidak jenuh, zat cair lalu
menguap dan karena proses itu adiabatik, kalor latennya didapatkan dari
pendinginan zat cair. Jika suhu zat cair telah turun sampai di bawah suhu gas,
kalor sensibel akan berpindah dari gas ke zat cair. Akhirnya akan tercapai
suatu keadaan stedi pada suatu suhu zat cair di mana kalor yang diperlukan
untuk menguapkan zat cair dan memanaskan uap sampai ke suhu gas menjadi persis
berimbang dengan kalor sensibel yang mengalir dari gas ke zat cair. Suhu ini
adalah suhu keadaan stedi, ditandai dengan Tw, dan disebut suhu cembul-basah.
Suhu merupakan fungsi dari T dan H.
Untuk mengukur suhu cembul-basah
secara teliti, ada tiga hal yang harus diperhatikan:
1.
Sumbu
itu harus basah seluruhnya dan tidak ada bagian sumbu itu yang kering yang
berada dalam kontak dengan gas;
2.
Kecepatan
gas harus cukup besar sehingga laju aliran kalor radiasi dari lingkungan yang
panas ke cembul itu dapat diabaikan terhadap laju aliran kalor sensibel yang
disebabkan oleh konduksi dan konveksi dari gas ke cembul;
3.
Jika
kita harus menambahkan zat cair pengganti ke cembul itu, zat cair yang
ditambahkan itu harus berada pada suhu cembul basah. Bila ketiga hal tersebut
dipenuhi, maka suhu cembul-basah tidak akan bergantung pada kecepatan gas
dalam jangkau laju aliran yang cukup luas.
Suhu
cembul-basah mungkin tampak menyerupai suhu jenuh-adiabatik Ts. Memang,
untuk campuran udara-air kedua suhu itu hampir sama. Akan tetapi hanyalah kebetulan,
dan tidak berlaku untuk campuran selain dari campuran udara dan air. Suhu
cembul-basah secara mendasar berbeda dari suhu jenuh-adiabatik. Suhu dan
kelembaban gas berubah selama berlangsungnya proses tsb, dan titik akhirnya
ialah suatu keseimbangan sejati, dan bukan suatu keadaan-stedi yang dinamik.
Biasanya bersama dengan cembul basah digunakan thermometer tanpa balut yang
mengukur T, yaitu suhu gas nyata, suhu gas tersebut disebut suhu cembul kering
(dry bulb temperature).
Comments
Post a Comment