MINYAK GAHARU DAN PEMANFAATAN DARI
POHONNYA
Gaharu adalah sejenis resin tapi bukan
resin yang dihasilkan oleh pohon gaharu, melainkan resin yang terbentuk karena
adanya infeksi pada pohon tersebut. Infeksi ini mengakibatkan sumbatan pada
pengaturan makanan, sehingga menghasilkan suatu zat phytalyosin sebagai
reaksi dari infeksi tersebut. Infeksi didapat dari hasil perlukaan yang
disebabkan oleh alam (serangan hama dan penyakit seperti serangga, jamur,
bakteri) atau karena sengaja dilukai oleh manusia. Zat phytalyosin inilah
yang merupakan resin gubal gaharu di dalam pohon karas dari jenis Aquilaria spp.
Zat yang berbau wangi jika dibakar ini tidak keluar dari batang gubalnya,
tetapi mengendap menjadi satu dalam batang. Hal ini terjadi pada tanaman yang
sakit dan tidak pada pohon yang sehat. Proses inilah yang menyebabkan
terbentuknya gaharu dalam batang. Gubal gaharu adalah bagian gubal gaharu yang
mengandung damar wangi dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Gb. Pohon Gaharu yang sedang berbuah
Gaharu
diperoleh dari sejenis tumbuhan famili Thymeliaceae dan bermarga Aquilaria yaitu
Aquilaria agaloccha Rox, namun gaharu dapat juga diperoleh dari family
lain yaitu Leguminoceae dan Euphorbiaceae. Saat ini A. Malaccensis merupakan
jenis yang paling baik dalam menghasilkan minyak gaharu.
A.
malaccensis merupakan salah satu tanaman kehutanan yang telah dikembangkan
dengan teknik kultur jaringan. Tanaman ini merupakan salah satu hasil hutan non
kayu Indonesia yang memiliki nilai jual yang sangat mahal. Potensi gaharu yang
sangat tinggi biasanya berasal dari jenis A. malaccensis, A. hirta, A.
macrophylum dll. Dan yang paling tinggi hasil gaharunya adalah jenis A.
malaccensis.
A. malaccensis memiliki morfologi atau ciri-ciri fisiologi yang sangat
unik, dimana tinggi pohon ini mencapai 40 meter dengan diameter 60 cm. Pohon
ini memiliki permukaan batang licin, warna keputihan, kadang beralur dan
kayunya agak keras. Tanaman ini memiliki bentuk daun lonjong agak memanjang,
panjang 6-8 cm, lebar 3-4 cm, bagian ujung meruncing. Daun yang kering berwarna
abu-abu kehijaun, agak bergelombang, melengkung, permukaan daun atas-bawah
licin dan mengkilap, tulang daun sekunder 12-16 pasang. Tanaman ini memiliki
bunga yang terdapat diujung ranting, ketiak daun, kadang-kadang di bawah ketiak
daun. Berbentuk lancip, panjang sampai 5 mm. Dan buahnya berbentuk bulat telor,
tertutup rapat oleh rambut-rambut yang berwarna merah. Biasanya memiliki
panjang hingga 4 cm lebar 2,5 cm.
A. malaccensis sesuai ditanam di antara kawasan dataran rendah hingga ke
pergunungan pada ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan laut dengan curah
hujan kurang dari 2000 mm/Thn. Suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga 32°C
dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70%. Kesesuaian tanah adalah jenis lembut
dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0.
Biji yang berkualitas baik amat penting
untuk tujuan pembenihan. Buah A. malaccensis berbentuk kapsul, dengan
panjang 3.5 cm hingga 5 cm, ovoid dan berwarna coklat. Kulitnya agak
keras dan berbaldu. Mengandung 3 hingga 4 biji benih bagi setiap buah.
Di Indonesia letak tanaman gaharu
menyebar dari Sumatera hingga Irian Jaya. Dari hasil survei tahun 2001 yang
dilakukan oleh ASGARIN diketahui bahwa sisa pohon gaharu di daerah penghasil
utama gaharu adalah Sumatera 26%, Kalimantan 27% Nusa Tenggara 5%, Sulawesi 4%,
Maluku 6% dan Papua 37%.
Sampai saat ini sistem produksi gaharu
masih sangat tradisional. Biasanya hanya mengandalkan keberadaan gaharu di
hutan secara alami. Sehingga masih dapat dikategorikan kedalam sistem pertanian
ekstraktif, yang artinya tanpa ada perlakuan budidaya hanya melakukan
pengambilan hasil saja.
Sistem perbanyakan gaharu masih
dikerjakan dengan 2 cara yaitu secara generatif dan secara vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara generatif masih dilakukan dengan cara penyemaian
biji dan pengambilan anakan atau cabutan langsung dari alam atau hutan. Namun
cara ini kurang dapat menjadi solusi bagi kelangkaan gaharu. Hal ini
disebabkaan karena ketersediaan biji dilapangan yang terbatas. Sedangkan untuk
perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan teknik stek batang,
stek pucuk, cangkok batang dan kultur jaringan.
Manfaat
Gaharu
Pemanfaatan gaharu hingga saat ini
masih dalam bentuk produk bahan baku, yaitu bentuk kayu bulat, cacahan, bubuk
atau fosil kayu yang sudah terkubur. Setiap produk yang dihasilkan memiliki
sifat dan warna yang berbeda. Kayu gaharu memiliki manfaat yang besar dalam
industri perkayuaan di mana kayunya digunakan dalam industri pembuatan kotak
pembungkus, papan lapis, cenderamata, perabot, sepatu, sarung senjata, chopstick
dll. Selain itu gaharu banyak juga digunakan dalam upacara keagamaan Cina,
Yunani, Ayurvedic dan upacara kaum di Tibet. Di Timur Tengah, gaharu biasanya
digunakan sebagai pengharum rumah.
Selain itu secara klinis gaharu juga
dapat digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakatnya. Seperti obat untuk
penyakit ginjal, sakit perut, asma, hepatitis, sironis, pembengkakan lever,
limpa bahan antibiotik untuk TBC, reumatik, kangker, malaria radang lambung
dll. Selain itu gaharu juga sudah dimanfaatkan bukan hanya gubalnya akan tetapi
bagian daun, batang, kulit batang dan akarnya juga sudah dimanfaatkan sebagai
bahan untuk merawat wajah dan menghaluskan kulit.
Kandungan
yang Terdapat pada Gaharu
Dari analisis kandungan kimia yang
telah dilakukan gaharu memiliki enam komponen utama berupa furanoid
sesquiterpen diantaranya a-agarofuran,b-agarofuran dan agarospirol.
Selain itu gaharu juga mengandung minyak berupa chromone. Chromone
biasanya dapat menyebabkan bau harum dari gaharu ketika dibakar. Sementara
kandungan minyak atsiri yang banyak dikandung gaharu adalah sequiterpenoida,
cudesmana dan paleman.
Minyak gaharu diperoleh dari gaharu
dengan metode destilasi uap tradisional. Proses manufaktur mencakup tiga
langkah berikut:
(1) Perendaman daya gaharu dalam air
selama sekitar 30 hari
(2) Uap daya gaharu difermentasi selama
24 jam
(3) mengumpulkan solusi yang dihasilkan
dan memisahkan zat ringan dalam minyak
Minyak Gaharu biasanya warna kuning
atau coklat gelap, dan membawa bau asam. Minyak gaharu dihasilkan manis dan
murni, yang idential untuk chip kayu gaharu asli.
Minyak gaharu esensial adalah produk
yang berbeda dari minyak gaharu. Minyak atsiri gaharu juga diperoleh melalui
metode air distilasi, tapi kekuatan gaharu yang distilasi tidak difermentasi.
Hanya zat aromatik yang sangat volatile yang menguap. Biasanya hanya 1 gram
minyak atsiri gaharu dapat diperoleh dari 1 kilogram gaharu. Minyak atsiri
gaharu yang dihasilkan biasanya berwarna kuning pucat, yang sangat manis dan
kuat. Karena tingkat yield yang rendah, minyak atsiri gaharu sangat mahal.
Metode pemurnian minyak gaharu ada 3
proses.
1. Distilasi menggunakan air
2. Penyulingan dengan uap
3. Penyulingan uap-air
Distilasi dengan menggunakan air
sebagai ekstraksi bahan baku dimasukkan ke dalam campuran dengan air. Boiler
gas untuk memanaskan bahan dibawa keluar. Kemuduian air jatuh ke proses
kondensasi menjadi cairan. Ini adalah pemisahan yang jelas antara air dan
minyak. Metode distilasi dianggap kurang mendesak dibandingkan dengan investasi
cara lain. Metode Destilasi biasanya membutuhkan waktu 5-10 hari. Tetapi ada
kekurangan. Untuk mengontrol keseragaman pemanasan mungkin tidak
didistribusikan dengan baik, waktu yang dihabiskan lebih lama dari biasanya,
dan efisiensi ekstraksi.
Untuk menyuling gaharu, harus dilakukan
pemotongan bahan sekitar 1 inch. Kemudian dijemur dibawah matahari hingga
kering. Setelah kering, kemudian kayu digrinding dengan ukuran 1-2 mm, untuk
meningkatkan luas permukaan untuk memungkinkan minyak mudah keluar. Kemudian
direndam selama sekitar 7-15 hari. Serbuk gaharu ditaruh dalam wadah penyuling.
Kemudian akan dikemas ke dalam wadah penyulingan, sesuai ukuran dan jumlah yang
diinginkan. Biasanya sebesar 10-15 kg per wadah, kemudian tambahkan air kedalam
boiler di semua tingkatan untuk sekitar 5-6 inci dari bubuk kayu, kemudian
tutup rapat. Ketika wadah destilasi mendidih, kemudian panas sampai menguap dan
uap melewati pipa sepanjang. Keluaran minyak gaharu dalam keadaan uap perlu diembunkan
menjadi cair. Dengan membiarkan aliran kondensat melalui air dingin ke dalam
pipa. Kemudian minyak gaharu keluar dengan air. Setelah pemisahan distilasi
akan mengapung bersama dalam sebuah tabung. Kemudian pisahkan air untuk penyimpanan
minyak.
Distilasi uap air yang dimasukkan
dengan uap panas atau uap jenuh dan tekanan atmosfer selama sekitar 2-3 kali
dari boiler ke ketel distilasi, yang berisi bahan. Oleh karena itu terjadi
kontak langsung antara uap dengan bahan dan menghasilkan perpindahan panas yang
cepat. Kemudian ambil uap dan material akan diteruskan ke unit kondensasi.
Didinginkan menjadi cair, sehingga air dan minyak adalah zat yang jelas
terpisah, metode ini memungkinkan kilang untuk menjadi efisien dan efektif.
Biasanya berlangsung sekitar 12-15 jam dan kerugian dari pendekatan ini adalah,
desain sistem harus mempertimbangkan keselamatan dan biaya investasi yang cukup
tinggi, untuk membuat kontak langsung dengan uap, dan konvektif panas dengan
cepat dapat menyebabkan bau hangus minyak atsiri.
Proses penyulingan minyak dengan uap
kemudian dikembangkan dari waktu ke waktu. Dengan prinsip umum transfer massa
diterapkan pada prinsip konveksi, massa udara bergerak dengan menggunakan tekanan
uap untuk membuat efisiensi yang lebih baik dalam pemurnian. Dan mengurangi
kehilangan energi pada penyulingan. Sistem ini dapat mengontrol tekanan dan
aliran bahan secara teratur, yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketika
memasuki ketel, serbuk kecil kemudian melalui penggiling dalam tekanan uap
sekitar 2 psig atau lebih, maka terjadi kontak antara serbuk gaharu dan uap
yang mengalir lebih dari 30 detik antara masing-masing. Beberapa cairan dalam
kayu gaharu merupakan transisi dari cair menjadi uap. Dengan proses ini. Harus
berulang-ulang untuk sirkulasi lebih dari 2 kali ekstraksi sel gaharu untuk
menjadi yang paling efektif setelah substansi dalam uap akan mengalir melalui
filter yang terperangkap oleh kotoran dari bahan baku dicampur dengan uap untuk
menghilangkan residu. Proses untuk uap dan minyak dilewatkan ke tahap
kondensasi untuk senyawa kondensasi uap dan cairan minyak.
Dengan tingginya harga untuk ukuran kayu tersebut menjadikan
budidaya kayu gaharu menjadi semakin gencar, terlebih lagi tak hanya kayunya
saja yg bisa dijual, yang notabene harus menunggu sekitar 1-3 tahun untuk
dipanen, kini dengan memanfatkan daunnya sebagai produksi teh menjadikan
budidaya kayu gaharu bisa dimanfaatkan hampir setiap hari.
Memang tidak semua jenis budidaya kayu gaharu dapat dipakai untuk
bahan baku pembuatan teh gaharu, hanya jenis yang tergolong dalam famili
Themelaeaceae, dengan genus tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan teh gaharu. Daun gaharu yang telah dipilih dapat diproses menjadi teh
hijau gaharu (agarwood green tea) dan teh hitam gaharu, untuk keduanya tentunya
memiliki cita rasa yang khas.
Daun pohon gaharu dari budidaya kayu gaharu dapat
dibuat menjadi teh yang membantu kebugaran tubuh.
Berikut ini bebarapa manfaat teh dari budidaya kayu gaharu :
- Sebagai
anti oksidant
- Baik
untuk pengidap insomnia atau sukar tidur karena teh gaharu menekan sistem
syaraf pusat sehingga menimbulkan efek menenangkan
- Sebagai
obat anti mabuk
- Membantu
merendahkan tahap kolestrol
- Membantu
meredakan ketegangan atau hipertensi dan juga stres
- Membantu
mengurangi toksik dalam badan
- Mengurangi
kadar tekanan dalam darah dan gula yang tinggi
Bagian dari pohon gaharu lain yang dapat dimanfaatkan adalah
buahnya. Produksi sebuah pohon mencapai puluhan kg buah per tahaun, pohon akan
berbuah sepanjang tahun. Cara memanfaatkan buah gaharu Aquilaria Sinensis
adalah dengan dijemur terlebih dahulu selama sepekan agar kadar air turun dan
tersisa kira-kira 14%. Setelah itu seduh kulit buah gaharu kering dalam segelas
air panas dan biarkan selama 1-2 jam. Setelah itu minum sehari sekali.seduhan
buah gaharu hanya untuk sekali pakai, untuk seduhan berikutnya gunakanlah buah
yang baru.
Setelah rutin mengkonsumsi air seduhan buah gaharu
selama sebulan, biasanya penderita stroke baru akan dirasakan. Setelah dua
bulan gejala stroke akan mulai menghilang dan akan semakin sembuh.
Seduhan daun gaharu mengandung agarospirol yang mampu
menekan sistem saraf pusat sehingga memberikan efek menenangkan. Selain itu
juga menghilangkan mabuk perjalanan. Sedangkan hasil pembakaran kulit kayu
gaharu sebagai obat anti nyamuk.
Batang pohon gaharu dimanfaatkan untuk bahan baku
minyak wangi.
Pada dasarnya akar, batang, daun dan ranting gaharu memiliki kandungan bioaktif yang sama. Yang berbeda adalah konsentrasinya. Sayangnya hingga kini belum ada riset ilmiah yang mendukung bukti empiris bahwa buah gaharu dapat mengatasi stoke atau hipertensi.
Meski demikian bagi para pasien hipertensi dan stroke, manfaat buah gaharu layak menjadi pilihan meskipun rasanya pahit tapi tidak rugi rasanya jika rutin mengkonsumsi buah gaharu selama tiga bulan para penderita stroke akan memperoleh kesembuhan.
Pada dasarnya akar, batang, daun dan ranting gaharu memiliki kandungan bioaktif yang sama. Yang berbeda adalah konsentrasinya. Sayangnya hingga kini belum ada riset ilmiah yang mendukung bukti empiris bahwa buah gaharu dapat mengatasi stoke atau hipertensi.
Meski demikian bagi para pasien hipertensi dan stroke, manfaat buah gaharu layak menjadi pilihan meskipun rasanya pahit tapi tidak rugi rasanya jika rutin mengkonsumsi buah gaharu selama tiga bulan para penderita stroke akan memperoleh kesembuhan.
Comments
Post a Comment